SEJARAH PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN
BAHASA MELAYU MENJADI BAHASA INDONESIA
Bahasa Indonesia mempunyai bahasa induk yaitu bahasa Melayu yang tepatnya bahasa Melayu di Riau. Bahasa
Melayu adalah sejumlah bahasa yang saling bermiripan yang dituturkan di wilayah
nusantara dan beberapa tempat lain. Sebagai bahasa yang luas pemakaiannya,
bahasa ini memjadi bahasa resmi di Brunai, Indonesia (sebagai bahasa Indonesia)
dan Malaysia (dikenal sebagai bahasa Malaysia), salah satu bahasa yang diakui
di Singapura dan menjadi bahasa kerja di Timor Leste. Bahasa Melayu dituturkan
juga di Afika Selatan, Srilanka, Thailand Selatan, Filipina Selatan, Myanmar
Selatan, sebagian kecil Kamboja hingga Papua Nugini. Bahasa ini juga dituturkan
oleh penduduk Pulau Christmas dan kepulauan Cacaos yang menjadi bagian
Australia.
Tulisan-tulisan
dalam bahasa Melayu pertama kali ditemukandipesisir tenggara Pulau Sumatera,
mengindikasikan bahwa bahasa ini menyebar ke berbagai tempat di Nusantara dari
wilayah ini berkat penggunaan di kerajaan Sriwijaya yang menguasai jalur
perdagangan.
Bahasa Melayu termasuk dalam bahasa Melayu Polinesia di
bawah rumpun bahasa Austronesia.
Ada beberapa hal
yang menyebabkan bahasa melayu diangkat
menjadi bahasa Indonesia, yaitu :
1.
Dilihat dari sejarah, bahasa
Melayu telah menjadi bahasa perhubungan atau Lingua Franca sejak zaman kerajaan Sriwijaya dan sudah tersebar
luas ke seluruh pelosok nusantara.
2.
System fonologi, morfologi, dan
sintaksis bahasa Melayu cukup sederhana
3.
Kesadaran dan keikhlasan
(factor psikologis) dari para pemakai bahasa Jawa, Sunda dan pemakai bahasa
daerah lain yang secara suka rela menerima Bahasa Melayu untuk diangkat menjadi
bahasa Indonesia yang sekaligus menjadi bahasa nasional dan bahasa resmi Negara
4.
Kesanggupan bahasa Melayu
menerima pengaruh dari bahasa asing dan bahasa daerah lain guna memperkaya kosakata ( bersifat dinamis)
5.
Bahasa Melayu sudah diajarkan
di sekolah-sekolah oleh Pemerintah Hindia Belandaserta telah digunakan dalam
undang-undang dan ketetapan pemerintah dalam mengatur kebijakannya
6.
Bahasa Melayu telah digunakan
dalam kegiatan penyebaran agama oleh para pastur dan pendeta.
Sejarah Bahasa
Indonesia
I.
Masa PraKolonial
A.
Zaman Sriwijaya abad VII – IX
Masa
kejayaannya di kerajaannya di kerajaan maju dalam bidang pendidikan
terutama pendidikan agama Buda. Bahasa Melayu mendapatkan pengaruh bahasa
Sansekerta Bahasa melayu dibedakan menjadi 2, yaitu
Ø Bahasa Melayu tinggi ( induk bahasa Indonesia)
Ø Bahasa Melayu rendah.(pasar = tidak baku)
Bahasa melayu
mendapat julukan Lingua Franca (bahasa pergaulan. Ini dibuktikan dengan adanya
Sekolah Perguruan Tinggi Budha yang menjadikan bahasa Melayu sebagai bahasa
Sastra
B.
Zaman Aceh abad
IX - XIII
Sejarah dengan syiar agama Islam sehingga
Aceh mendapat julukan Serambi Mekah. Bahasa
Melayu dalam pemerintahan, perdagangan,
kesusastraan (adanya syair, puisi dan gurindam)
C.
Zaman Malaka abad XIII – XVI
Masuk nya
bangsa Eropa di asia. Bahasa Melayu terpengaruhbahasa Eropa – Asia. Perkembangan bahasa melayu sangat pesat. Hal
ini dibuktikan oleh Magnel Ten yang berhasil menyusun kamus Melayu
D.
Zaman Johor abad XVII – XIX
Kemajuan sastra terjadi dalam
3 masa, yaitu
Ø Datuk Tun Sri Lanang ( Menulis Sejarah Melayu)
Ø Nurudin Arranniri (Menulis buku Tajus Salatin)
Ø Zaman Abdulah bin Abdul Qodir
Munsi (menulis Singapura di Makan Api)
Ø Buchori
Di samping itu juga terdapat prosa,
kisah perjalanan, biografi, auto biografi, riwayat dan swariwayat. Setelah
zaman Johor disebut juga zaman Abdulah
bin Abdul Qodir Munsi atau sastra
Peralihan.
E.
Zaman Kolonial Balanda
Pada masa sebelum pergerakan
kebangsaan
Bahasa Melayu dipergunakan sebagai
bahasa perundang-undangan. Bahasa Melayu tumbuh dan berkembang melalui karya
sastra. Pada tahun 1901 Belanda menugaskan Van Ophuysen untuk menyusun aturan
penulisan bahasa Melayu dan berhasil meyusun logat Melayu atau lebih dikenal
dengan Ejaan Van Ophuysen
Pada masa pergerakan kebangsaan
Ditandai dengan lahirnya organisasi
Budi Utomo tahun 1908. Ada peristiwa penting yang terjadi antara tahun 1908
sampai 1918 yaitu:
1.
Pemerintah Belanda mendirikan Comissie Voordee Volks Lectuure atau
komisi bacaan rakyat yang kemudian berubah menjadi Balai Pustaka (1917)
2.
Pada tanggal 25 Juni 1918 tokoh
Husni Tamrin mengusulkan boleh digunakannya bahasa Melayu sebagai alat
komunikasi di persidangan Volksraad/ anggota dewan yang akhirnya disetujui Ratu
Yuliana pada tahun 1919
Mengingat kesulitan-kesulitan untuk mempersatukan berbagai suku bangsa Indonesia maka pada tahun
1926 Jong Java milih bahasa Melayu sebagai behasa pengantar dan media penghubung semua muda-mudi.
Kongres II Jong Sumatera memutuskan untuk memakai Bahasa Melayu Riau
yang disebut Melayu Tinggi sebagai bahasa persatuan
Beberapa surat kabar yang turut menyebarluaskan bahasa melayu adalah
Bianglala, Bintang Timur, Kaum Muda, Neradja. Di samping besar pengaruhnya
terhadap perkembangan bahasa Melayu, surat kabar tersebut juga sebagai media penghubung
dan latihan bagi putra putri Indonesia untuk mengutarakan berbagai masalah.
Tanggal 28 Oktober 1928 diadakan kongres pemuda Indonesia di Jakarta
yang menghasilkan ikrar bersama yang disebut Sumpah Pemuda, bahasa Indonesia
resmi dijadikan bahasa Persatuan
F.
Zaman Pendudukan Jepang
Tanggal 25 – 29 Juni 1938
diadakan kongres bahasa I di Solo yang memutuskan:
1.
Boleh mengambil kata-kata asing
yang fungsinya sebagai pengayaan / perbendaharaan
2.
Mengatur pembaharuan bahasa
Indonesia
Pada masa pnedudukan Jepang, pemerintah
Jepang memberlakukan larangan penggunaan bahasa Belanda. Pelarangan ini
berdampak positif terhadap bahasa Indonesia karena dipakai dalam berbagai aspek
kehidupan politik dan pemerintahan.
II.
Masa Kemerdekaan
18 Agustus 1945 ditetapkan
UUD 1945 yang di dalamnya terdapat
pasal-pasal. Pada pasal 36 menyatakan bahwa Bahasa Negara adalah Bahasa
Indonesia. Denagn demikian dissamping kedudukannya sebagai bahasa nasional
bahasa Indonesia juga berkedudukan sebagai bahasa Negara yang dipakai dalam
semua urusan yang berkaitan dengan pemerintahan dan negara Dari tahun 1947 –
1988ada upaya penyempurnaan dan pengembangan bahasa Indonesia sebagai berikut ;
1.
1947, Ejaan Van Ophuysen
diganti dengan ejaan Suwandi yang merupakan menteri Pendidikan Pengayaan dan
Kebudayaan (19 Maret 1947)
2.
1954, diadakan kongres bahasa
Indonesia II di Medan membahas
kebahasaan dan penyempurnaan ejaan Suwandi dan menghasilkan Kamus Besar Bahasa
Indonesia (KBBI)
3.
1974 diadakan praseminar
politik bahasa Indonesia
4.
1975 diadakan seminar politik
bahasa Indonesia memutuskan kedudukan dan fungsi bahasa Indonesia
5.
1978 kongres bahasa Indonesia
III di Jakarta atau disebut kongres guru sedunia, memutuskan Pembinaan dan
pengembangan bahasa Indonesia yang berkaitan dengan agama, social, budaya, dan
politik
6.
1983 kongres bahasa Indonesia
IV di Jakarta. Menghasilkan keputusan untuk memantapkan fungsi dan kedudukan
bahasa Indonesia sebagai sarana pembangunan nasional
7.
1988 Kongres bahasa Indonesia V
di Jakarta memutuskan penetapan penggunaan Kamus Besar Bahasa Indonesia dan
Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Pada kongres ini menghasilkan dua karya
besar Kamus Besar Bahasa Indonesia yang sudah disempurnakan dan Tata Bahasa
Baku Bahasa Indonesia.
8.
28 Oktober sampai 2 November
1993 Kongres Bahasa Indonesia VI dengan peserta sebanyak
770 pakar bahasa Indonesia dari Indonesia dan 53 peserta tamu dari manca
Negara, melipiti Australia, Brunei Darussalam , jerman, Hongkong, India,
Italis, JepangRusia, Singapura, Korea Selatan dan Amerika Serikat, kongres
mengusulkan agar disusun UU Bahasa Indonesia
9.
Kongres Bahasa Indonesia VII Di
Hotel Indonesia Jakarta, tanggal 26 – 30 Oktober 1998. Kongres ini mengusulkan
dibentuknya Badan Pertimbangan Bahasa dengan ketentuan sebagai berikut :
a.
Keanggotaannya terdiri tokoh
masyarakat dan pakar yang mempunyai kepedulian terhadap bahasa dan sastra
b.
Tugasnya memberikan nasihat
kepada Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Sastra, mengupayakan peningkatan
status kelembagaan pusat dan pengembangan bahasa
10.
Seminar Politik Bahasa Nasional
tahun 1999 di Bogor menegaskan kembali hasil-hasil Seminar politik Bahasa
Nasional 1975 dengan beberapa pengembangan yang dipandang Lebih sesuai dengan
dinamika dan cara pandang terhadap persoalan – persoalan Yang berkaitan dengan kedudukan
dan fungsi Bahasa Indonesia, bahasa daerah, bahasa asing. Hasil seminar Politik
Bahasa Nasional tersebut dinamakan
Kebijakan Bahasa Nasional (KBN)
Sumber Materi :
a. Bahasa Indonesia untukSMK II A oleh Tim LP2IP Yogyakarta (2009)
b. Teori dan Aplikasi Bahasa Indonesia di PT oleh Muhammad Rohmadi, SS, dkk U PT
Penerbitan dan Pencetakan UNS Press,
Solo (2008)
c.
Meningkatkan pengetahuan dan
Kecakapan Menggunakan Bahasa Baku Suatau
Panduan Berbahasa Indonesia yang baik dan Benar oleh Abdul Rajak Husain. CV
aneka Solo. (1993)
Asal Usul Bahasa
Melayu
Asal
usul perkataan Melayu masih belum dapat disahkan oleh sejarawan.
Bagaimanapun
terdapat beberapa bukti sejarah yang cuba mengaitkan asal-usul bahasa Melayu,
seperti mana berikut:
1.
Catatan orang China yang menyatakan bahawa sebuah kerajaan Mo-lo-yeu
mempersembahkan hasil bumi kepada raja China sekitar 644-645
Masihi.
Dikatakan
orang Mo-lo-yeu mengirimkan Utusan ke negara China untuk mempersembahkan
hasil-hasil bumi kepada raja China.
2.
Ada yang mempercayai kerajaan Mo-lo-yeu berpusat di daerah Jambi,
Sumatera , daripada sebatang sungai yang deras alirannya, iitu Sungai Melayu.
3.
Satu lagi catatan orang China ialah catatan rahib Buddha bernama I-Tsing yang
menggunakan kata ma-lo-yu tentang dua buah kerajaan yang dilawatinya
sekitar 675 Masihi.
4.
Dalam bahasa Jawa Kuno, perkataan ``Mlayu'' bermaksud berlari atau
mengembara. Hal ini boleh dipadankan dengan orang Indo-Melayu (Austonesia) yang
bergerak dari Yunan.
Asal Usul Bangsa Melayu
Dipercayai
berasal daripada golongan Austronesia di Yunan.
Kumpulan
pertama dikenali sebagai Melayu Proto.
Berpindah
ke Asia Tenggara pada Zaman Batu Baru (2500 Sebelum Masihi)
Keturunannya
Orang Asli di Semenanjung Malaysia, Dayak di Sarawak dan Batak di Sumatera.
Kumpulan
kedua dikenali sebagai Melayu Deutro
Berpindah
ke Asia Tenggara pada Zaman Logam kira-kira 1500 Sebelum Massihi.
Keturunannya
orang Melayu di Malaysia
Dikatakan
lebih bijak dan dan mahir daripada Melayu Proto.
Bijak
dalam bidang astronomi, pelayaran dan bercucuk tanam.
Bilangan
lebih banyak daripada Melayu Proto.
Menduduki
kawasan pantai dan lembah di Asia Tenggara.
Orang
ini, kumpulan pertama dan kedua, dikenali sebagai Austronesia.
Bahasa-bahasa
yang terdapat di Nusantara sekarang berpunca daripada bahasa Austronesia ini.
Nik
Safiah Karim menerangkan bahawa bahasa Austronesia ialah satu rumpun bahasa
dalam filum bahasa Austris bersama-sama dengan rumpun bahasa Austroasia dan
Tibet-China (rujuk carta alir di atas).
Bahasa
Melayu termasuk dalam bahasa-bahasa Golongan Sumatera bersama-sama dengan
bahasa-bahasa Acheh, Batak, Minangkabau, Nias, Lampung dan Orang Laut.
Perkembangan Bahasa Melayu
Ahli
bahasa membahagikan perkembangan bahasa Melayu kepada tiga tahap utama iaitu:
- Bahasa Melayu Kuno,
- Bahasa Melayu Klasik dan
- Bahasa Melayu Moden.
Bahasa Melayu Kuno
Merupakan
keluarga bahasa Nusantara
Kegemilangannya
dari abad ke-7 hingga abad ke-13 pada zaman kerajaan Sriwijaya, sebagai lingua
franca dan bahasa pentadbiran.
Penuturnya
di Semenanjung, Kepulauan Riau dan Sumatera.
Ia
menjadi lingua franca dan sebagai bahasa pentadbiran kerana:
- Bersifat sederhana dan mudah menerima pengaruh luar.
- Tidak terikat kepada perbezaan susun lapis masyarakat
- Mempunyai sistem yang lebih mudah berbanding dengan bahasa Jawa.
Banyak
dipengaruhi oleh sistem bahasa Sanskrit. Bahasa Sanskrit kemudian dikenal pasti
menyumbang kepada pengkayaan kosa kata dan ciri-ciri keilmuaan
(kesarjanaan) Bahasa Melayu.
Bahasa
Melayu mudah dipengaruhi Sanskrit kerana:
- Pengaruh agama Hindu
- Bahasa Sanskrit terletak dalam kelas bangsawan, dan dikatakan mempunyai hierarki yang tinggi.
- Sifat bahasa Melayu yang mudah dilentur mengikut keadaan dan keperluan.
Bahasa
Melayu kuno pada batu-batu bersurat abad ke-7 yang ditulis dengan huruf Pallawa:
- Batu bersurat di Kedukan Bukit, Palembang (683 M)
- Batu bersurat di Talang Ruwo, dekat Palembang (684 M)
- Batu bersurat di Kota Kampur, Pulau Bangka (686 M)
- Batu bersurat di Karang Brahi, Meringin, daerah Hulu Jambi (686 M)
Bahasa
Melayu kuno pada batu bersurat di Gandasuli, Jawa Tengah (832 M) ditulis
dalam huruf Nagiri.
Ciri-ciri
bahasa Melayu kuno:
- Penuh dengan kata-kata pinjaman Sanskrit
- Susunan ayat bersifat Melayu
- Bunyi b ialah w dalam Melayu kuno (Contoh: bulan - wulan)
- bunyi e pepet tidak wujud (Contoh dengan - dngan atau dangan)
- Awalan ber- ialah mar- dalam Melayu kuno (contoh: berlepas-marlapas)
- Awalan di- ialah ni- dalam bahasa Melayu kuno (Contoh: diperbuat - niparwuat)
- Ada bunyi konsonan yang diaspirasikan seperti bh, th, ph, dh, kh, h (Contoh: sukhatshitta)
- Huruf h hilang dalam bahasa moden (Contoh: semua-samuha, saya: sahaya)
Peralihan Bahasa Melayu Kuno Ke Bahasa Melayu Klasik
Peralihan
ini dikaitkan dengan pengaruh agama Islam yang semakin mantap di Asia Tenggara
pada abad ke-13.
Selepas
itu, bahasa Melayu mengalami banyak perubahan dari segi kosa kata, struktur
ayat dan tulisan.
Terdapat
tiga batu bersurat yang penting:
a. batu bersurat di Pagar Ruyung,
Minangkabau (1356)
- ditulis dalam huruf India
- mengandungi prosa melayu kuno dan beberapa baris sajakm Sanskrit.
- bahasanya berbeza sedikit daripada bahasa batu bersurat abad ke-7.
b. Batu bersurat di Minye Tujuh, Acheh
(1380)
- masih memakai abjad India
- buat pertama kalinya terdapat penggunaan kata-kata Arab seperti kalimat nabi, Allah dan rahmat
c. batu bersurat di
Kuala Berang, Terengganu (1303-1387)
- ditulis dalam tulisan Jawi
- membuktikan tulisan Arab telah telah digunakan dalam bahasa Melayu pada abad itu.
Ketiga-tiga
batu bersurat ini merupakan bukti catatan terakhir perkembangan bahasa Melayu
kerana selepas abad ke-14, muncul kesusasteraan Melayu dalam bentuk tulisan.
Bahasa Melayu Klasik
Kegemilangannya
boleh dibahagikan kepada tiga zaman penting:
- Zaman kerajaan Melaka
- Zaman kerajaab Acheh
- Zaman kerajaan Johor-Riau
Antara
tokoh-tokoh penulis yang penting ialah Hamzah Fansuri, Syamsuddin
al-Sumaterani, Syeikh Nuruddin al-Raniri dan Abdul Rauf al-Singkel.
Ciri-ciri
bahasa klasik:
- ayat: panjang, berulang, berbelit-belit.
- banyak ayat pasif
- menggunakan bahasa istana
- kosa kata klasik: ratna mutu manikam, edan kesmaran (mabuk asmara), sahaya, masyghul (bersedih)
- banyak menggunakan perdu perkataan (kata pangkal ayat): sebermula, alkisah, hatta, adapun.
- ayat songsang
- banyak menggunakan partikel ``pun'' dan `'lah''
Bahasa Melayu Moden
Bermula
pada abad ke-19. Hasil karangan Munsyi Abdullah dianggap sebagai permulaan
zaman bahasa Melayu moden.
Sebelum
penjajahan Beritish, bahasa Melayu mencapai kedudukan yang tinggi, berfungsi
sebagai bahasa perantaraan, pentadbiran, kesusasteraan, dan bahasa pengantar di
pusat pendidikan Islam.
Selepas
Perang Dunia Kedua, British merubah dasar menjadikan bahasa Inggeris sebagai
pengantar dalam sistem pendidikan.
Semasa
Malaysia mencapai kemerdekaan, Perlembagaan Persekutuan Perkara 152 menetapkan
bahasa Melayu sebagai bahasa kebangsaan.
Akta
Bahasa Kebangsaan 1963/1967 menetapkan bahasa Melayu sebagai bahasa rasmi
negara. Laporan Razak 1956 mencadangkan bahasa Melayu sebagai pengantar dalam
sistem pendidikan negara.
http://www.tutor.com.my/stpm/asal_usul_bahasa/asal_usul_bahasa_melayu.htm
Tidak ada komentar:
Posting Komentar